Nama anak yang Indah atau Keren?

| Senin, 27 Januari 2014


“Apalah Arti sebuah nama”
Seringkali kita mendengar kata-kata tersebut, namun tahukah anda? Dalam islam nama itu adalah do’a. seperti contoh memberi nama anak “Fatimah Azzahra” agar anak tersebut memiliki sifat baik seperti putri baginda Rasulullah SAW. Jadi kesimpulannya Arti nama sangatlah penting.

Seperti pada hadist berikut ini:

Dari Abu Darda’, ia berkata : Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama kalian dan nama bapak-bapak kalian. Maka baguskanlah nama-nama kalian” (HR. Abu Dawud, Ad-Darimi dan Baihaqi)

Dalam hadist tersebut dijelaskan “baguskanlah nama-nama kalian”, bukannya “keren-kanlah nama-nama kalian”.

Nah inilah yang membuat hati saya rasanya, kayak gimana gitu. :D

Sebagai kaum muslimin, seharusnya kita menamai anak-anak dengan nama yang bagus dan memiliki arti dan pengharapan untuk sifat sang anak.

Namun pada kenyataannya banyak orangtua yang enggan menamai buah hatinya dengan nama, “Fatimah”, “Khadijah”, “Aisyah”, “Rabi’ah”, “Siti”, “Umar”, “Muhammad”. dan sebagainya. Padahal itu adalah bagus dan indah untuk nama anak.
 
Orangtua muslim jaman sekarang lebih memilih nama “David”, “Shakeera”, “Cecilia”, “Theresia”.
Ada juga yang sedikit a-lay seperti “Cheribel”, “Chanteeqa”, “Malleyyka”, “Fernandezo”, “Mourinho”. Yang biasanya termakan iklan, dan film-film box office (loh?)

Atau nama yang amat sangat panjang. Seperti contoh “Erryyka Jameela Faheema Rasheeda Thamrin”

Yang saya bayangkan apabila kalo gurunya nulis ijazah apa nggak bingung? apalagi dengan lidah Indonesia yang “medhok”.

Saya juga tidak membayangkan apabila anak tersebut besar, dan menjadi tua. Apa mungkin dipanggil “Nek Cheri mau kemana?”. Aduuuh….

Atau pada saat naik haji. “Pak haji Mourin mau nyunat ya?”. OMG….

Pada suatu saat saya dan teman-teman pergi pengobatan gratis dan (maaf) untuk orang-orang tidak mampu. Saat itu… (kayak di uka-uka)
Ada sebuah keluarga kecil dengan dua anak (maaf lagi) kucel, kurang gizi, item, rambut kusut.

Dengan baik hati kami bertanya, “siapa namanya dek?”, ibunya menjawab “Cathy dan Cecil” dalam pendengaran kami. Tapi di kartu keluarganya bertulis, “Keti dan sesil”. Bagaimana kalau nanti si anak sekolah tinggi dan mengetahui jika ejaan di dalam namanya itu salah?. Seharusnya para orangtua lebih berhati-hati dengan nama yang inginnya keren tapi malah terkesan (maaf lagi dan lagi) kampungan.

Saya tidak mengolok atau melarang mereka-mereka yang memiliki nama keren pada anaknya. Nama keren itu boleh namun bukankah lebih baik keren plus memiliki arti yang indah.

Nama anak juga tidak untuk mereka kecil saja, namun digunakan seumur hidup mereka seperti nama “Aninda Imut wati”. Kira-kira seperti itulah, apakah nanti si pemilik nama tidak malu jika ia sudah menjadi ibu-ibu.

Mungkin inilah saran untuk para orangtua muslim.

1.      Jika memang menyayangi anak, berilah mereka nama dengan tidak memandang pendapat anda sendiri. Bisa juga mencari pendapat orang yang alim seperti kyai, ustadz, dsb.

2.      Anak menyandang nama tersebut seumur hidup, jadi carilah nama yang sekiranya tidak terlalu kekanak-kanakan. Karena anak anda nanti pasti tumbuh dewasa.

3.      Jangan termakan nama di sinetron, film atau teman-teman anda yang memiliki nama keren untuk anaknya.

4.      Berilah nama sesuai tempat anda yaitu Indonesia, lambat laun orang luar negeri tidak akan memahami bagaimana ciri khas nama anak-anak Indonesia.

5.      Perhatikan betul-betul nama anak anda jangan sampai memiliki arti yang buruk. Carilah nama yang tidak hanya keren namun juga berarti baik.

Tapi semua itu terserah anda, saya hanya memberi masukan. Hehe…. Jangan dimasukin hati, tapi silahkan dimasukkan dalam dompet masing-masing. Sekali lagi NAMA adalah DO’A.

Sekian.
dari berbagai sumber

Kapan aku menikah?

| Sabtu, 25 Januari 2014


Ya Allah... kemanakah jodohku?


Saya hanya seorang gadis biasa,  umur saya 23 tahun, 3 bulan lagi berumur 24 tahun.
Usia yang sangat matang untuk menikah,
Banyak yang menyarankan saya untuk menikah baik itu dari teman, keluarga, dan orangtua saya.
Walaupun saya sering mengelak dan berkata, “Ah, pengen menikmati masa muda”, atau “apaan sih”,
Sebenarnya hati kecil saya sangat bersedih. Kenapa saya tidak kunjung menikah? apa aku kurang cantik? apa aku tidak laku?

Ada beberapa sisi yang sukses membuat saya semakin nyinyir, berbahagia, atau semakin tidak peduli.

sisi yang pertama adalah:
1.       Bagi muslimah, menyegerakan menikah itu wajib. Apabila mampu.
2.       Agar tidak menjadi perawan tua, seharusnya menikah.
3.       Agar saat kita memiliki anak, usia kita tidak terlalu tua.
4.       Agar kita menyempurnakan setengah sunnah Rasulullah.
5.       Agar orangtua memiliki cucu. Karena saya anak sulung.
6.       Agar keluarga saya bahagia.

Sedangkan sisi yang kedua adalah:
1.       Menikah tidak satu dua hari, selamanya.
2.       Pada masa depan saya menjadi ibu, mampukah saya?
3.       Menikah membutuhkan dana cukup besar. Bagaimana kuliah adik saya?
4.       Belum disetujui hubungan saya dengan kekasih.
5.       Kekasih saya belum memiliki pekerjaan dengan gaji besar.

Sisi ketiga:
1.       Seorang perempuan harus menurut orangtuanya.
2.       Seorang perempuan tidak harus menuntut orang yang memilihkan.
3.       Seorang perempuan harus mencintai orang yang dia nikahi. Tidak harus menikah dengan orang yang dia cintai.
4.       Kita harus memperhatikan kebahagian keluarga.
5.       Kita harus memilih yang terbaik dari yang terbaik.

Jadi apa?
Awalnya saya tidak menerima, saya takut, saya harus menikah walaupun dengan kondisi saat ini.  Namun, lambat laun saya mulai sadar. Desakan dan tekanan tidak lain karena orang-orang disekitar saya sangat menyayangi saya. Saya mulai belajar menanggapi mereka dengan senyuman.
Saya mulai belajar untuk tidak iri pada teman saya yang mulai menikah dan memiliki anak.
Saya tidak memilih satu poin pun dari ketiga sisi tersebut.

Memang benar, kita harus menikah agar terhindar dari maksiat. Namun agar tidak tenggelam dalam kepedihan, :) sebaiknya kita tersadar. diluar sana banyak wanita yang sangat menginginkan menikah namun tidak bisa. Bahkan tidak karena faktor umur, lihat saja mereka yang terkena AIDS, mereka yang terkena kanker serviks, kanker sumsum tulang belakang, atau mereka yang kehilangan kehormatan dan mengandung anak yang tak pernah diinginkannya.

Kita harus melihat kedepan, tapi bukankah yang dibelakang tidak kalah pentingnya?

Masih banyak hal-hal lain yang harus kita pikirkan selain, “Kapan ya aku menikah?”, “Kapan aku memiliki anak?”. Menikah memang sunnah Rasul, dan Sunnah beliau amat banyak, sudahkah kita melakukan sebagian darinya? apakah kewajiban kepada Allah sudah kita laksanakan?. benarkah niat kita menikah karena Sunnah ataukah malu dibisik-bisik tetangga?
Kalau kita melakukan hal-hal positif dan selalu dekat dengan-Nya.
Insya Allah, jodoh akan datang pada kita. Dan kita berusaha menerimanya dengan lapang dada, karena siapapun dia, dia adalah anugerah Allah SWT.

Kekuatan ada dalam diri kita, dan itu adalah hadiah dari Allah. Yang mampu menolong kita adalah diri kita sendiri. Percayalah! selalu berdoa dan berusaha. 

Ignore what they say if it hurts you... :D
 

Copyright © 2010 Through my Eyes