| Rabu, 02 Januari 2013

Anak Indonesia yang tidak Indonesia

|
Saya termasuk penggemar jejaring sosial, game, dan juga pembaca majalah online :)

seringkali saya menemukan kata "aku disuru putus dari kamu", atau "surat cinta kamu saya bawah setiap hari",  saya tidak tahu entah memang disengaja atau tidak. penulisan seperti itu semakin merajalela ditambah berkurangnya media yang bermutu untuk mengangkat dan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

okelah, kita tidak perlu terlalu serius untuk menggunakan Bahasa Indonesia yang benar dan sesuai dengan EYD (ejaan yang disempurnakan), tapi apa jadinya dalam sebuah surat penting dan resmi ditemukan kata, "Dengan ini saya menyampaikan bahwah acara inih dilaksanakan untuk menyukseskan kegiatan bersi-bersi pantai"

apa itu masih dikatakan bukan masalah serius?

MEDIA

media berperan penting dalam penggunaan tata bahasa yang digunakan masyarakatnya, pada jaman saya Madrasah Ibtidaiyah (setingkat SD) sekitar tahun 1996 saya lebih sering menonton acara Televisi daripada belajar atau mengerjakan PR. namun nilai Bahasa Indonesia dan pengucapan Bahasa Indonesia saya lebih baik daripada teman-teman saya yang seringkali belajar dengan rajin. saya tidak tahu penyebabnya bahkan apabila nilai saya lebih dari 9 saya akan menyembunyikannya dari orangtua, saya bahkan malu menunjukkannya. saya anggap itu memalukan karena saya tidak pernah belajar tetapi nilai saya bagus :).

dari hal seperti itu saya tahu, bahwa dengan audio visual seperti media Televisi ternyata dapat menunjang Tata bahasa yang baik, atau setidaknya pengucapan bahasa yang baik. karena pada saat itu (Tahun 1996) memang Industri Televisi sedang berada pada titik datar, minim persaingan, tak ada sinetron kejar tayang. bahkan pemain dalam film adalah benar-benar aktor/aktris yang berkompeten, baik dalam berperan maupun berbahasa.
sehingga penonton yang melihatnya pun terbiasa dengan tata bahasa seperti demikian, akhirnya dapat menggunakan pengetahuannya tersebut dalam kehidupan sehari-hari.


coba kita periksa pada saat ini, aktor/aktris pun menggunakan bahasa gaul katanya, sehingga para fansnya pun tidak sedikit yang mem plagiat pengucapan pujaan hatinya tersebut. Parahnya lagi fans tersebut adalah anak kita sendiri, siswa kita sendiri atau bahkan diri kita sendiri.

PENDIDIKAN

kalau tentang pendidikan tidak perlu ditanya lagi, ya, bagi mereka yang berada di kota, dengan fasilitas yang wah. atau mereka yang berada di institusi pendidikan yang bergengsi dengan tenaga pengajar yang kompeten, profesional dan tentu saja pengucapan bahasa Indonesia mereka tidak diragukan lagi.
namun tahukah kita di pedalaman desa, di daerah terpencil, di perbatasan, bahkan ada sedikit sekolah di kota yang masih saja siswanya tidak mahir atau bahkan tidak tahu apa arti "bagaimana", sungguh ironis bukan?. Lantas siapakah yang disini disalahkan, dari guru kah?, orangtua?, lingkungan?, pemerintah? atau bahkan menyalahkan Tuhan?
tentu saja apabila saling menyalahkan kita tidak akan pernah tahu siapa yang salah. Yang pasti itu adalah kesalahan mereka, salahnya sendiri berada di daerah terpencil, kenapa tidak di kota? :)
dari sisi guru tentu saja, mereka adalah pendidik. tapi tahukah kita bahwa guru di daerah atau di kota maju memang banyak yang menyelesaikan strata-1, namun saya sendiri menemui bahkan mereka sendiri tidak mengerti apa itu arti "konjungsi", "liberal", bahkan "optimis".
kebanyakan dari mereka mengajar dengan bahasa Daerah yang dicampur dengan Bahasa Indonesia, apabila orang berkata "harusnya pakai bahasa Indonesia saja, itulah kesalahan guru". baiklah, jika anda orang Indonesia lalu diajar oleh orang Skandinavia dengan bahasa mereka sendiri, apa anda mengerti. kiranya seperti itulah gambarannya. :).
dari sisi orangtua, saya pernah menemui beberapa orangtua yang meng "eksploitasi" putra-putrinya hanya menggunakan bahasa Indonesia, tidak memerlukan bahasa Daerah. itu juga salah, karena kita tidak hidup di Jakarta saja bukan? Jakarta pun memiliki Bahasa Daerah yaitu Bahasa Betawi. atau ada orangtua yang apabila putra-putrinya memakai Bahasa Indonesia, mereka akan berkata "Jangan Sok, kamu itu anak desa". Ayolah Bapak Ibu, Bahasa itu perlu dipelajari, bukan masalah mode atau gaya, Bahasa Indonesia adalah Bahasa Nasional.
dari sisi lingkungan, sulit memang menemui lingkungan yang orang-orangnya terlatih menggunakan bahasa Indonesia. namun yang pasti kembali lagi kepada orangtua yang mendukung anak tersebut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tidak mungkin juga kita berbicara kepada wanita jawa yang amat tua dan tidak mengerti Bahasa Indonesia sama sekali yang berjualan makanan dan berkata "Ibu, berapa harga seporsinya?" tentu dia pun tidak akan bisa menjawabnya.
dari pemerintah, saya sedikit malas membicarakan 'pemerintah', saya tidak menyalahkan pemerintah namun saya menyalahkan diri sendiri apabila percaya kepada pemerintah :), kurangnya sosialisasi para petinggi negara kepada masyarakat, kurangnya oh,,, tidak kurang. yaitu pendanaan fasilitas sekolah, itu semua berlimpah ruah dalam APBD atau APBN, hanya saja, sifat pendanaan itu memiliki konsep seperti Tahu, semakin matang semakin surut, menguap dan hilang entah kemana, Ya, pendanaan ala Tahu.

PENTING

pemahaman Bahasa Indonesia sangatlah penting, bahkan bisa dikatakan. menurut konsep saya "orang yang sukses adalah orang yang mengerti Bahasa Indonesia lebih dari siapapun", coba saja kita lihat, soal di Ujian Negara menggunakan Bahasa Indonesia. Tes di perguruan tinggi menggunakan Bahasa Indonesia, petunjuk penggunaan mesin menggunakan Bahasa Indonesia. Apa jadinya jika kita tidak mengerti Bahasa kita sendiri?
para pencari survei hanya berkata "prosentase ulangan umum menurun 20%" adakah survei yang mengatakan "prosentase siswa yang menggunakan Bahasa Indonesia yang baik 90%" :)
bahkan baru-baru ini ada survei yang mengatakan "beberapa persen siswi yang hamil diluar nikah setingkat SMA adalah mereka yang tidak bisa membaca", tentu saja. Mungkin mereka tidak mengerti bila disuguhi sebuah produk yang bernama kondom.

KECERDASAN DAN BELAJAR
mungkin saatnya kita kembali pada lahiriyah kita sendiri bahwa manusia diciptakan dengan IQ yang berbeda-beda. hal itu dapat dimaklumi, pernahkah kita mendengar "pantas saja bisa Bahasa Indonesia, orang rangking 1".
tidak!
kecerdasan manusia memang berbeda-beda, tapi yang pasti bagaimana kita mendukung kecerdasan tersebut.

BELAJAR BAHASA INDONESIA DAN MENGUCAPKANNYA BUKANLAH SUATU PELAJARAN, BUKAN SUATU HAL YANG DIAGUNGKAN AGAR NILAI KITA DI PEKERJAAN ATAU SEKOLAH SEMAKIN BAIK.
BELAJAR BAHASA INDONESIA ADALAH MARTABAT, BELAJAR BAHASA INDONESIA ADALAH SUATU BENTUK KEWAJIBAN KITA KEPADA INDONESIA NEGARA KITA TERCINTA.
BELAJAR BAHASA INDONESIA ADALAH BENTUK PENGHARGAAN KITA KEPADA PARA PAHLAWAN YANG MENGORBANKAN JIWA RAGANYA KEPADA BANGSA KITA.
MARI KITA TUNJUKKAN HARGA DIRI KITA, MULAI DARI BAHASA.
 

Copyright © 2010 Through my Eyes