Cemburu pada mantan

| Selasa, 16 Juli 2013

Assalamu'alaikum Wr. Wb.


"Jika masih mudah dalam mencari keputusan... Maafkan daku ingin kembali, jika memang ada jalan tuk kembali"

Sebait lagu tersebut sangat pas untuk kita yang saat ini sedang 'galau' memikirkan sang mantan yang telah bersanding dengan perempuan/lelaki lain yang lebih dari kita. Kenapa ya kok begitu? mungkin ini sebab musababnya:
1. Kita masih mencintai mantan
2. Kita memiliki penyakit iri hati
3. Kita memiliki penyakit dengki
4. Kembali kepada poin pertama :)

Sebenarnya, kembali kepada diri kita sendiri kenapa dulu kita memutuskan mengakhiri hubungan dengan sang mantan. Sebentar yang saya maksud disini mantan pacar lho ya... bukan mantan majikan.. hehe. Kalau memang penyebabnya dari kita, sudahlah. Toh kita sendiri yang 'ngebet' pengen putus, kenapa sekarang jadi pengen lagi. Istilahnya 'menjilat ludah sendiri'. Sebab kita pengen kembali kepada mantan pun banyak, mungkin saja si mantan punya rumah sendiri, punya mobil, naik jabatan, tambah cantik/ganteng dan sebagainya.

Lebih parah lagi apabila kita sudah memiliki kekasih, tapi masih saja mengingat mantan. Itu suatu 'dosa' besar.

Kawan, dalam hidup memang ada beberapa pilihan. Ada orang yang bersikeras mengatakan bahwa ia berhak memilih, tapi apakah kita pernah berfikir? bahwa orang lain pun juga berhak memilih. Dalam dunia ini tidak hanya kita yang memiliki perasaan, dalam hidup ini tidak hanya kita yang ingin ini ingin itu. Siapapun berhak.

Hanya saja, kita harus bertanggungjawab dengan pilihan tersebut, tidak seenaknya ganta ganti pilihan. Kalo yang sudah punya kekasih, ingatlah dia, yang tulus mencintai kita. Bayangkan apabila dia meninggalkan kita karena kita mengejar sang mantan yang belum tentu mencintai kita pula. Peribahasa Jawa-nya "Nguber upo ninggal tumpeng" artinya mengejar sebutir nasi namun meninggalkan nasi Tumpeng. 

Kalo yang belum punya kekasih bagaimana?

Percayalah jika nanti kawan akan menemukan pengganti yang lebih baik dari sang mantan.

Ok, disini ada beberapa tips untuk kita yang pengen kembali kepada mantan tapi si mantan ada yang 'punya':

1. Ingatlah kebahagiaan kawan, ingatlah jika siapapun berhak bahagia termasuk sang mantan.
2. Jangan merusak hubungan mantan dengan 'yang baru' karena bisa saja hal ini berbalik kepada kawan.
3. Kalo yang sudah punya, bertanggungjawablah dengan kekasih kita saat ini. Karena, secara tidak langsung, kita dilatih untuk tidak plin plan dan setia kepada suami/istri kita nanti. Ingatlah jika selingkuh itu membuat 'kecanduan'
4. Ini yang paling mainstream, pikirkan keburukan-keburukan mantan. sebagai contoh: dulu mantan itu suka ngupil. Nah jadi ilfill kan?
5. Kalo tidak penting banget (contoh:urusan kerjaan) jangan sekali-kali menghubungi mantan baik lewat hp, bb, social media, maupun kantor pos .. :D
6. Perbaiki hubungan dengan orang-orang di sekeliling kita, orangtua, saudara, tetangga. Asal jangan ngegosip soal mantan.
7. Jangan hiperbola. Artinya, kawan terlalu membanding-bandingkan mantan dengan kekasih kita. Contoh: mantanku wajahnya mulus, cewekku sekarang jerawatan. Atau: Mantanku punya BB, cowokku cuman HP cross. Udahlah, tidak akan ada habisnya.
8. Jagalah perasaan kekasih kita sebagaimana dia menjaga perasaan kita, bayangkan bagaimana jika kekasih kita yang pengen kembali pada mantannya?.
9. Introspeksi diri, apakah kita ini pantas kembali kepada mantan. Pikirkan resikonya!
8. Kembalilah kepada Allah, di bulan Ramadhan ini perbanyak berdzikir, ngaji, dan sedekah. Percayalah Allah Maha Tahu segala sesuatu. Dan Allah tidak menyukai hamba-Nya yang saling menyakiti. :)

Itulah kawan obrolan kita seputar mantan, semoga bermanfaat.
| Rabu, 02 Januari 2013

Anak Indonesia yang tidak Indonesia

|
Saya termasuk penggemar jejaring sosial, game, dan juga pembaca majalah online :)

seringkali saya menemukan kata "aku disuru putus dari kamu", atau "surat cinta kamu saya bawah setiap hari",  saya tidak tahu entah memang disengaja atau tidak. penulisan seperti itu semakin merajalela ditambah berkurangnya media yang bermutu untuk mengangkat dan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

okelah, kita tidak perlu terlalu serius untuk menggunakan Bahasa Indonesia yang benar dan sesuai dengan EYD (ejaan yang disempurnakan), tapi apa jadinya dalam sebuah surat penting dan resmi ditemukan kata, "Dengan ini saya menyampaikan bahwah acara inih dilaksanakan untuk menyukseskan kegiatan bersi-bersi pantai"

apa itu masih dikatakan bukan masalah serius?

MEDIA

media berperan penting dalam penggunaan tata bahasa yang digunakan masyarakatnya, pada jaman saya Madrasah Ibtidaiyah (setingkat SD) sekitar tahun 1996 saya lebih sering menonton acara Televisi daripada belajar atau mengerjakan PR. namun nilai Bahasa Indonesia dan pengucapan Bahasa Indonesia saya lebih baik daripada teman-teman saya yang seringkali belajar dengan rajin. saya tidak tahu penyebabnya bahkan apabila nilai saya lebih dari 9 saya akan menyembunyikannya dari orangtua, saya bahkan malu menunjukkannya. saya anggap itu memalukan karena saya tidak pernah belajar tetapi nilai saya bagus :).

dari hal seperti itu saya tahu, bahwa dengan audio visual seperti media Televisi ternyata dapat menunjang Tata bahasa yang baik, atau setidaknya pengucapan bahasa yang baik. karena pada saat itu (Tahun 1996) memang Industri Televisi sedang berada pada titik datar, minim persaingan, tak ada sinetron kejar tayang. bahkan pemain dalam film adalah benar-benar aktor/aktris yang berkompeten, baik dalam berperan maupun berbahasa.
sehingga penonton yang melihatnya pun terbiasa dengan tata bahasa seperti demikian, akhirnya dapat menggunakan pengetahuannya tersebut dalam kehidupan sehari-hari.


coba kita periksa pada saat ini, aktor/aktris pun menggunakan bahasa gaul katanya, sehingga para fansnya pun tidak sedikit yang mem plagiat pengucapan pujaan hatinya tersebut. Parahnya lagi fans tersebut adalah anak kita sendiri, siswa kita sendiri atau bahkan diri kita sendiri.

PENDIDIKAN

kalau tentang pendidikan tidak perlu ditanya lagi, ya, bagi mereka yang berada di kota, dengan fasilitas yang wah. atau mereka yang berada di institusi pendidikan yang bergengsi dengan tenaga pengajar yang kompeten, profesional dan tentu saja pengucapan bahasa Indonesia mereka tidak diragukan lagi.
namun tahukah kita di pedalaman desa, di daerah terpencil, di perbatasan, bahkan ada sedikit sekolah di kota yang masih saja siswanya tidak mahir atau bahkan tidak tahu apa arti "bagaimana", sungguh ironis bukan?. Lantas siapakah yang disini disalahkan, dari guru kah?, orangtua?, lingkungan?, pemerintah? atau bahkan menyalahkan Tuhan?
tentu saja apabila saling menyalahkan kita tidak akan pernah tahu siapa yang salah. Yang pasti itu adalah kesalahan mereka, salahnya sendiri berada di daerah terpencil, kenapa tidak di kota? :)
dari sisi guru tentu saja, mereka adalah pendidik. tapi tahukah kita bahwa guru di daerah atau di kota maju memang banyak yang menyelesaikan strata-1, namun saya sendiri menemui bahkan mereka sendiri tidak mengerti apa itu arti "konjungsi", "liberal", bahkan "optimis".
kebanyakan dari mereka mengajar dengan bahasa Daerah yang dicampur dengan Bahasa Indonesia, apabila orang berkata "harusnya pakai bahasa Indonesia saja, itulah kesalahan guru". baiklah, jika anda orang Indonesia lalu diajar oleh orang Skandinavia dengan bahasa mereka sendiri, apa anda mengerti. kiranya seperti itulah gambarannya. :).
dari sisi orangtua, saya pernah menemui beberapa orangtua yang meng "eksploitasi" putra-putrinya hanya menggunakan bahasa Indonesia, tidak memerlukan bahasa Daerah. itu juga salah, karena kita tidak hidup di Jakarta saja bukan? Jakarta pun memiliki Bahasa Daerah yaitu Bahasa Betawi. atau ada orangtua yang apabila putra-putrinya memakai Bahasa Indonesia, mereka akan berkata "Jangan Sok, kamu itu anak desa". Ayolah Bapak Ibu, Bahasa itu perlu dipelajari, bukan masalah mode atau gaya, Bahasa Indonesia adalah Bahasa Nasional.
dari sisi lingkungan, sulit memang menemui lingkungan yang orang-orangnya terlatih menggunakan bahasa Indonesia. namun yang pasti kembali lagi kepada orangtua yang mendukung anak tersebut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tidak mungkin juga kita berbicara kepada wanita jawa yang amat tua dan tidak mengerti Bahasa Indonesia sama sekali yang berjualan makanan dan berkata "Ibu, berapa harga seporsinya?" tentu dia pun tidak akan bisa menjawabnya.
dari pemerintah, saya sedikit malas membicarakan 'pemerintah', saya tidak menyalahkan pemerintah namun saya menyalahkan diri sendiri apabila percaya kepada pemerintah :), kurangnya sosialisasi para petinggi negara kepada masyarakat, kurangnya oh,,, tidak kurang. yaitu pendanaan fasilitas sekolah, itu semua berlimpah ruah dalam APBD atau APBN, hanya saja, sifat pendanaan itu memiliki konsep seperti Tahu, semakin matang semakin surut, menguap dan hilang entah kemana, Ya, pendanaan ala Tahu.

PENTING

pemahaman Bahasa Indonesia sangatlah penting, bahkan bisa dikatakan. menurut konsep saya "orang yang sukses adalah orang yang mengerti Bahasa Indonesia lebih dari siapapun", coba saja kita lihat, soal di Ujian Negara menggunakan Bahasa Indonesia. Tes di perguruan tinggi menggunakan Bahasa Indonesia, petunjuk penggunaan mesin menggunakan Bahasa Indonesia. Apa jadinya jika kita tidak mengerti Bahasa kita sendiri?
para pencari survei hanya berkata "prosentase ulangan umum menurun 20%" adakah survei yang mengatakan "prosentase siswa yang menggunakan Bahasa Indonesia yang baik 90%" :)
bahkan baru-baru ini ada survei yang mengatakan "beberapa persen siswi yang hamil diluar nikah setingkat SMA adalah mereka yang tidak bisa membaca", tentu saja. Mungkin mereka tidak mengerti bila disuguhi sebuah produk yang bernama kondom.

KECERDASAN DAN BELAJAR
mungkin saatnya kita kembali pada lahiriyah kita sendiri bahwa manusia diciptakan dengan IQ yang berbeda-beda. hal itu dapat dimaklumi, pernahkah kita mendengar "pantas saja bisa Bahasa Indonesia, orang rangking 1".
tidak!
kecerdasan manusia memang berbeda-beda, tapi yang pasti bagaimana kita mendukung kecerdasan tersebut.

BELAJAR BAHASA INDONESIA DAN MENGUCAPKANNYA BUKANLAH SUATU PELAJARAN, BUKAN SUATU HAL YANG DIAGUNGKAN AGAR NILAI KITA DI PEKERJAAN ATAU SEKOLAH SEMAKIN BAIK.
BELAJAR BAHASA INDONESIA ADALAH MARTABAT, BELAJAR BAHASA INDONESIA ADALAH SUATU BENTUK KEWAJIBAN KITA KEPADA INDONESIA NEGARA KITA TERCINTA.
BELAJAR BAHASA INDONESIA ADALAH BENTUK PENGHARGAAN KITA KEPADA PARA PAHLAWAN YANG MENGORBANKAN JIWA RAGANYA KEPADA BANGSA KITA.
MARI KITA TUNJUKKAN HARGA DIRI KITA, MULAI DARI BAHASA.
 

Copyright © 2010 Through my Eyes